Madu hutan berasal berasal dari model lebah Apis Dorsata, yang hidup bebas di hutan. Lebah model ini berukuran lebih besar berasal dari lebah ternak. Mereka memproduksi madu berasal dari nektar atau sari bunga asli hutan habitatnya berada dan memiliki perbedaan madu hutan dan madu ternak.
Sarang yang mereka bikin berada di dahan-dahan pohon dengan ketinggian mencapai 50 meter, selain itu juga dapat di bebatuan besar, dan goa. Daur hidupnya yang alami, sebabkan madu hutan dipercaya lebih berkhasiat bagi tubuh manusia. Namun semakin kondang dan dipercaya, banyak juga beredar madu hutan palsu.
Madu hutan palsu diberi tambahan air, agar telah tidak alami. Ada pula madu hutan palsu yang terlampau tidak gunakan madu hutan. Selain itu madu oplosan umumnya ditambahkan gula atau pemanis buatan, agar rasa manisnya tidak alami.
Pakai kulkas Diamkan madu selama satu hari satu malam di lemari pendingin, dapat di freezer atau di anggota chiller. Setelah satu hari, maka bakal nampak sekat pada air, dengan madu yang murni. Pada madu oplosan, air bakal naik ke atas dan madu di bawah. Madu hutan asli tidak bakal tersedia sekat pemisah.
Warna Madu hutan yang memiliki kualitas bagus punyai warna lebih bening. Jika dilihat, warnanya condong cerah dan tidak keruh. Namun, jika madu disimpan selama berbulan-bulan lalu timbul endapan di dasar madu, maka mutu madu tersebut jelek. Hal ini dapat berjalan sebab panen yang salah. “Panennya diremas langsung, itu salah. Bisa bikin mutu jelek, soalny madu tercampur banyak zat lain berasal dari sarang,” ungkap Yohanes.
Mitos semut Ada mitos beredar, membedakan madu dapat dengan memandang bahagia atau tidaknya semut ke madu. Konon, jika cairan madu disukai semut, maka madu tersebut merupakan oplosan gula. Namun menurut Yohanes, madu yang dikerebuti semut adalah perihal wajar. Walau ia mengakui madu tidak bakal dikerubuti semut sebanyak air gula.